Restless Leg Syndrome Didominasi Wanita

Ketika seseorang beristirahat atau tidur, umumnya seluruh anggota tubuh cenderung tidak bergerak. Kalaupun bergerak, mungkin hanya sesekali, tidak secara terus-menerus. Beda dengan pengidap Restless Leg Syndrome (RLS). Apa itu RLS?
Menurut dr Isti Suharjanti SpS, spesialis saraf RSU Dr.Soetomo Surabaya. RLS merupakan gangguan sensorik dan motorik. Seseorang yang terserang gangguan tersebut cenderung bergerak pada saat istirahat (gangguan motorik). “Namun, yang bergerak hanya tungkai bawah, tak seluruh tubuh,”.
Dijelaskan, gangguan itu lebih banyak dialami oleh perempuan berusia 40 tahun atau lebih. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan kaum muda mengalaminya.
Ada beberapa empat ciri RLS. Yakni, tungkai bawah cenderung ingin bergerak, gerakan terjadi saat duduk atau tidur, serta timbul gangguan pada sore atau malam. Sedangkan pada siang hari si pengidap tak merasakan keluhan apa pun. “Ketika penderita melakukan aktivitas, gangguan tersebut justru hilang,”.
Ketika seseorang mengalami RLS, mereka akan merasakan beberapa sensasi (gangguan sensorik). Di antaranya, kesemutan, seperti ada air yang mengalir di kaki, mirip ditusuk-tusuk, ataupun rasa krenyes-krenyes.
Penyebab RLS, hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak ahli menduga, ada dua penyebab. Yakni, primer dan sekunder. Yang tergolong penyebab primer adalah genetik. Penyebab sekunder bisa disebabkan kekurangan besi, kelainan fungsi ginjal, diabetes mellitus, kehamilan pada trimester terakhir, orang yang menjalani hemodialisis, ataupun pengidap Parkinson’s disease. Kalau terkait kehamilan, umumnya keluhan mereda saat bayi lahir.
Umumnya, penderita RLS juga mengalami gangguan tidur. “Selain itu, mereka mengalami masalah psikologis. Misalnya, depresi, cemas, dan kondisi kesehatannya kurang prima,” tutumya.
Mengingat RLS cukup mengganggu, ada baiknya itu segera ditangani. Bila tanpa obat bisa dengan olahraga seperti senam. Selain itu, penggunaan kompres air hangat atau dingin. Jika pengidap merasa dingin di tungkai bawah, kompres daerah tersebut dengan air panas. Namun, jika gangguannya terasa panas, sebaliknya, kompres air dingin. “Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan”. Konsumsi minuman yang mengandung alkohol, kafein, serta-merokok hendaknya dihindari.
Sedangkan pengobatan dengan pemberian obat-obatan Par­kinson’s disease. “Jika penderita juga mengalami kecemasan, bisa juga ditambah dengan obat anti-cemas,”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
phoenix indonesia band © 2012 | Designed by Meingames and Bubble shooter